Kamis, 29 Desember 2011

BARAJA ADAT MINANGKABAU

Adat Minangkabau

Pada umumnya orang Minangkabau sangat biasa mendengar kata "adat", terlepas mereka itu mengerti atau tidak apa itu sebenarnya adat itu. Sebagian dari orang Minangkabau, baik dia yang bertempat tinggal di Minangkabau sendiri maupun di rantau, terutama yang termasuk golongan generasi muda banyak yang menganggap adat itu kuno, ketinggalan zaman dan tidak sesuai lagi dengan zaman yang serba canggih dan mutakhir. Zaman globalisasi kata lainnya.

Anggapan itu muncul mungkin karena adat tu dipandang bertele-tele, rumit dan terkesan menyulitkan segala urusan yang katanya sekarang ini membutuhkan kecepatan, langsung kepada pokok sasarannya (to the point kata Obama). Selain itu, mungkin juga karena adat itu dianggap terlalu banyak membatasi ruang gerak hidup yang sudah terpengaruh oleh budaya Barat, yaitu kebebasan. Tapi anehnya , kenapa orang Minang yang sudah tidak peduli dengan adat itu marah kalau dikatakan tidak beradat. Aneh kan....? Mungkin karena dia orang Minang dan darah yang mengalir dalam dirinya adalah darah orang Minang, maka secara sadar atau ndak, diakui atau ndak sebenarnya dia itu dalam hatinyo nan paling dalam masih mengakui bahwa adat itu baik, bagus dan perlu. Kalau tidak, kenapa dia marah dikatakan tidak beradat ?



Baiklah, marilah kita sama-sama belajar dan menambah pengetahuan kita mengenai adat. Kok ada sanak saudara nan lai berminat dan amuh membagi ilmunya, mari bergabung di siko.
Kita mulai dari dasarnya benar dulu, yaitu apa itu adat, dari mana asalnya kata adat dan apa
artinya adat dek urang Minangkabau.

Drs. Sidi Gazalba dalam bukunya yang berjudul "Pengantar Kebudayaan Sebagai Ilmu",
mengatakan bahasanya kata adat tu berasal dari bahasa Arab, yaitu "adat" yang berarti
"kebiasaan yang normatif ".
Seorang pemuka adat Minangkabau, namanya Muhammad Rasyid Manggis Dt. Rajo Penghulu dalam bukunya yang berjudul "Sejarah Ringkas Minangkabau" Dan Adatnya, mengatakan adat tu berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari "a” dan “dato”. “A” artinya tidak; “Dato” artinya sesuatu yang bersifat kebendaan. Kalau begitu, adat tu berarti sesuatu yang tidak bersifat kebendaan. Kita sama-sama tahu bahwa sesuatu yang bersifat kebendaan itu sifatnya nyata, dapat dilihat dan diraba. Dengan kata lain adat itu dapat juga kita artikan sebagai sesuatu yang tidak nyata, tidak dapat dilihat dan diraba, tapi dirasakan adat itu ada ditengah-tengah kita.

Dalam perkembangannya, orang Minangkabau menjadikan adat tu sebagai pandangan hidup/pedoman hidup, falsafah, norma-norma, aturan-aturan dan tata cara dalam hidup bermasyarakat. Adat tu dalam pemakaiannya di Minangkabau ada berupa petatah-petitih, pituah, mamangan, rawi, pantun, gurindam dan sebagainya. Sebagai contoh, "Lain padang lain bilalang, lain lubuak lain ikannya".

Secara umum adat Miangkabau tu dibagi menjadi 4, yaitu :
  1. Adat Nan Sabana Adat;
  2. Adat Nan Diadatkan;
  3. Adat Nan Teradat;
  4. Adat Istiadat.
Beberapa pemuka adat Minangkabau ada pula nan membagi adat tu menjadi 2, yaitu :
1. Adat Nan Babuhua Mati, terdiri dari :
a. Adat Nan Sabana Adat;
b. Adat Nan Diadatkan.

2. Adat Nan Babuhua Sentak, terdiri dari :
a. Adat Nan Teradat;
b. Adat Istiadat.

A. Adat Nan Babuhua Mati
Babuhua mati artinya di ikat erat/mati sehingga tidak bisa dibuka lagi. Adat nan babuhua mati artinya adat itu tidak bisa diubah-ubah atau diganti-ganti oleh siapapun sampai akhir zaman. Adat itu bersifat mutlak.

B. Adat Nan Babuhua Sentak
Babuhua sentak artinya ikatnya longgar sehingga bisa dibuka-buka.
Adat nan babuhua sendak artinya adat nan bisa diubah-ubah atau diganti-ganti sesuai
dengan situasi dan kondisi masyarakat pada suatu daerah atau nagari pada waktu itu.

1. Adat Nan Sabana Adat
Adalah falsafah, aturan dan norma-norma yang paling tinggi tingkatnya dan berlaku umum diseluruh alam Minangkabau. Adat nan sabana adat ini bersifat mutlak dan tidak dapat diubah-ubah atau diganti-ganti oleh siapapun jua dan tetap serupa itu sampai akhir zaman. Adat ini dipelajari oleh niniek moyang kita Dt. Pertapatih Nan Sabatang dan Dt Katumanggungan dari gejala-gejala alam, serupa yang dikatakan oleh pepatah:

Panakiak pisau sirauik
Ambiak galah batang lintabuang
Silodang ambiak ka niru
Nan satitiak jadikan lauik
Nan sakapa jadikan gunuang
Alam takambang jadi guru.

Oleh karena adat ini tidak dapat diubah, diganti dan tidak terpengaruh oleh waktu, tempat
dan keadaan, maka dalam pepatah dikatakan :

Adat nan tak lakang dek paneh,tak lapuak dek hujan,
dianjak tak layua, dibubuik tak mati,
dibasuah bahabih aia,dikikih bahabih basi".

Contoh :
adat api membakar, adat air membasahi, tajam melukai, sakit diobati

2. Adat Nan Diadatkan.
Adalah adat yang dibuat oleh niniek moyang kita Dt. Pertapatih Nan Sabatang dan Dt Katumanggungan yang bersumber dari adat nan sabana adat untuk mengatur kehidupan
masyarakat Minangkabau dalam segala aspek kehidupan seperti kedudukan sebagai pribadi,
kedudukan dalam masyarakat, ekonomi dsb.

Contoh :
Kedudukan seseorang sebagai pribadi :

Nan kuriak iyolah kundi, Nan merah iyolah sago,
Nan baiak iyolah budi, Nen endah iyolah baso

Kedudukan dalam masyarakat :

Nan barek samo dipikua, Nan ringan samo di jinjiang
Nan elok bahimbauan, Nan buruak bahambauan
Nan elok diawak katuju dek urang
Sahino samalu, Sasakik sasanang
Sakik disilau, mati bajanguak

Susunan dalam masyarakat :
Kamanakan barajo ka mamak
Mamak barajo ka penghulu
Penghulu barajao ka mufakat
Mufakat barajo ka nan bana
Bana badiri sandirinyo
Nan manuruik alua jo patuik

Bidang Ekonomi :
Sawah ladang, banda buatan
Batanam nan bapucuak
Mamaliharo nan banyawa
Ka sawah babungo ampiang
Ka rimbo babungo kayu
Ka sungai babungo pasia
Ka lauik babungo karang
Ka tambang babungo ameh
Nan lunak di tanami padi
Nan kareh di buek ladang

3. Adat Nan Teradat
Adalah aturan-aturan yang dibuat oleh penghulu, datuk atau pemuka adat dalam suatu daerah atau nagari yang dapat berubah-ubah, diganti atau ditinggalkan sesuai dengan kesepakatan. Adat ini dibuat untuk melaksanakan adat nan diadatkan. Perubahan yang dilakukan tidak boleh belawanan dengan adat nan sabana adat dan adat nan diadatkan. Dalam hal adat nan teradat ini berlaku pepatah seperti ini :

Lain lubuak lain ikannyo
Lain padang lain belalalngnyo
Lain nagari lain adatnyo
Baadat sapanjang jalan
Bacupak sapanjang batuang

Contoh:
Zaman dahulu pelaksanaan baralek (pesta) adat yang berlaku di Muaropaneh diselenggarakan
pada malam hari. Tapi karena pelaksanaan malam itu dirasakan merepotkan dan besoknyo
orang harus kerja kembali mencari penghidupan, maka diubah menjadi siang hari (sore).

4. Adat Istiadat.
Adalah aturan atau kebudayaan yang berlaku pada surau daerah atau nagari yang pada umumnya menyangkut kegiatan-kegiatan anak nagari seperti kesenian, olah raga, upacara panyabutan tamu dan sebagainya. Adat isitiadat ini sangat mengalami pasang naik dan pasang surut tergantung kondisi masyarakat dan pengaruh kemajuan zaman.

Contoh :
Dulu kaum hawa Minangkabau menggunakan pakaian baju kurung, namun sekarang telah
berubah ada yang memakai jilbab dan ada pula yang memakai baju KTB saja.

Berdasarkan pada adat nan 4 di atas, maka adat nan sabana adat & adat dan diadatkan hukumnya mutlak dan tidak akan berubah sampai akhir zaman. Ini lah adat yang tidak lakang dek panas dan tidak lapuk dek hujan (adat babuhua mati). Sedangkan adat nan teradat dan adat istiadat dapat berubah dan diperbaharui mengikuti kemajuan zaman. bahkan sebagian adat ini sudah ditinggalkan karena tidak sesuai lagi (adat
babuhua sentak).
Kalau begitu, yang mungkin bisa menjadi kuno atau ketinggalan adalah adat yang teradat dan terutama adat istiadat, Karena hakekat adat di Minangkabau bersumber dari alam takambang jadi guru,setelah masuknya agama islam yang ajarannya bersumber dari Allah Sang Pencipta Alam takambang jadi guru tersebut, maka ajaran islam tersebut tidak mengalami kesulitan untuk masuk ke Minangkabau. Dalam ajaran Islam kita diperintahkan untuk membaca “Iqro’”Bacalah. Apa yang kita baca? Yang dibaca adalah yang tersurat dengan membaca tulisannya, yang tersirat yang dibaca dengan pikiran dan logika dan yang tersuruk yang dibaca dengan hati, keyakinan dan keimanan.

Meskipun dalam perjalanan terjadi pertentangan antara adat (kaum adat) dengan agama (kaum agama/ulama), namun pertentangan tersebut umumnya adalah terkait dengan adat nan teradat dan adat isitiadat (adat nan babuhua sentak), seperti kebiasaan menyabung ayam, kebiasaan berdoa dengan membakar kemenyan dsb. Pertentangan ini juga yang menurut sejarah yang mengakibatkan terjadi perang Padri (baca sejarah)

Setelah adanya kesepakatan Marapalam yang dikenal dengan Piagam Marapalam sekitar abad ke-18, maka adat di Minangkabau disepakati oleh para ulama dan kaum adat bahwa “Adat bersandi Syara’, Syara’ bersanti Kitabullah”Syara’ dalam hal ini karena orang Minang umumnya beragama Islam, maka Syara’ itu adalah Agama Islam dan Kitabullahnya adalah Alquran (bukan zabur, taurat atau injil).

Selanjutnya, seluruh ajaran-ajaran agama islam bersumber dari Kitabullah dan Sunnah tersebut yang menjadi sandi adat tergolong pada adat nan sabana adat yang tidak akan berubah hingga akhir zaman.

To be continued....sambuang bisuak lai.......

















o iyo sanak jan lupo tinggaan koment...jiko ado salah bia ambo pelok'an
jiko ado salah kato bia ambo minta maaf ka dunsanak sakalian...wasalam



.
















1 komentar:

  1. Alhamdullillah .. berkah allah memberi kita adat minangkabau .. adat jgn ditingglkn .agama diperkuat ..

    BalasHapus